Kulit Bundar
![]() |
Canva |
Tak berselang lama, penonton riuh tak karuan. Semua pandangan tertuju pada seorang pemuda kurus yang membawa bola. Ia meliuk-liuk di antara barisan pertahanan lawan, melewati dua pemain bertahan tim Harimau Muda kemudian melepaskan sebuah tendangan fristyle ke gawang. Sayang, bola masih membentur mistar gawang. Bersamaan dengan momen itu, para penonton histeris penuh euforia. Mereka bertepuk tangan keras, berteriak dan bersiul gema-menggema di pinggir lapangan.
Pria kurus tadi berdiri terpana dan tak beranjak dari tempatnya melepaskan tendangan. Ia masih tak percaya kalau tendangannya meleset dan tak berbuah gol. Napasnya terengah-engah, pandangannya mulai samar karena air keringat yang mulai menetes dari pelipis matanya. Rambutnya yang kriting seperti lampion hari natal berubah warna menjadi coklat lantaran debu lapangan yang beterbangan dihembuskan angin. Pria kurus yang memakai seragam merah putih itu tak lain adalah Kribo: gelandang serang tim Garuda Muda.
Babak kedua telah berlangsung dua puluh menit dan kedua tim saling jual-beli serangan. Bentrokan sang penguasa rimba dan raja langit itu semakin lama semakin sengit. Peluang demi peluang silih berganti diciptakan kedua tim. Cakar Harimau Muda sama kuatnya dengan paruh Garuda Muda. Begitu pun kemampuan menghindari lawan dan bertahan mereka sama kuat. Hingga menit-menit terakhir kedudukan tak berubah, tetap 1-0 untuk keunggulan tim Harimau Muda.
Tepat pada menit ke 40 tim Harimau Muda melakukan serangan cepat yang indah. Umpan satu dua yang pendek mereka peragakan di samping kanan baris pertahan tim Garuda Muda. Terus menerobos pertahanan tim Garuda Muda yang lemah akibat belum sepenuhnya melakukan transisi bertahan karena sebelumnya sibuk menyerang. Semua pemain tim Garuda Muda kocar-kacir karena serangan cepat, mendadak dan mematikan itu. Kini yang tersisa dari pertahanan mereka hanyalah Addin dan Didit yang merupakan pasangan back andalan mereka. Namun, baik Addin dan Didit tak gentar. Keduanya saling menatap dan kemudian berlari menyinsing lawan. Addin berlari ke arah pemain yang meengusai bola dan dengan cepat berada di hadapannya. Karena kaget dengan kedatangan Addin, penyerang Harimau Muda melakukan umpan ke tengah lapangan. Sebuah kesalahan fatal karena Didit berada tepat di sana dan berhasil memotong umpan tersebut. Didit kemudian melakukan umpan lambung ke arah kiri pertahanan Harimau Muda. Di sana Kribo menyinsing bola dan berhasil menguasai bola. Tanpa basa-basi Kribo memberikan umpan silang ke tengah kotak pinalti. Di sana sudah menunggu Ikal yang kemudian mengambil posisi akan menembak ke gawang. Melihat itu, penjaga gawang dan bek kiri Harimau Muda berlari ke arah Ikal. Namun, ternyata Ikal tidak melakukan tendangan langsung ke gawang melainkan malah memberikan umpan ke kanan. Di sana dengan girang sayap kanan Garuda Muda membawa bola dan mengecoh bek kanan Harimau Muda. Sayap kanan itu menerbangkan bola di atas kepala bek kanan tim Harimau Muda dan melepaskan tendangan keras ke arah gawang yang sudah tak terjaga akibat penjaga gawang yang maju ke depan di sebelah kiri gawang. “Golll!” teriak supporter tim Garuda Muda di pinggir lapangan diiringi terompet yang menggema seperti sangkakala. Tim Garuda Muda berhasil mencetak gol di menit ke 92. Bersamaan dengan gol itu peluit panjang ditiupkan dan babak kedua selesai dengan skor 1-1.
Karena skor imbang untuk kedua tim maka dengan berat hati wasit harus membuat extra time sebanyak 2 kali 15 menit. Dalam waktu 30 menit itu kedua tim bertarung habis-habisan. Serangan demi serangan diperagakan oleh kedua tim. Mereka balas-membalas di tengah riuh para penonton. Shooting, transisi, umpan-umpan lambung yang cantik sampai pada pelanggaran terjadi pada babak extra time. Namun sampai pada menit terakhir tidak ada gol satupun yang tercipta. Sebagai penentu dari pertandingan ini, tak lain dan tak bukan adalah adu pinalti.
Tendangan pertama akan dilakukan oleh tim Garuda Muda dan yang akan menjadi algojo pertama adalah Kribo. Kribo maju ke depan gawang, meletakkan bola di titik putih kotak pinalti. Ia tampak gugup dan ragu. Keringat membasahi bajunya, begitupun wajahnya yang gelap. Ia mengambil empat langkah mundur ke belakang dan memasng kuda-kuda siap menembak. Wasit pun meniup peluit, dengan sigap dan tangkas Kribo berlari menyinsing bola dan kemudian melepaskan tendangan keras mendatar ke arah kanan gawang. Penjaga gawang berhasil membaca tendangan Kribo, dengan cepat ia melompat ke arah datangnya bola. Namun sayang, lompatannya terlambat! “Gol!”supporter Garuda Muda menggila. Skor 2-1 untuk tim Garuda Muda.
Adu pinalti dilanjutkan dengan tendangan dari tim Harimau Muda. Penembak yang maju adalah Rio, sang kapten. Rio melangkah dengan tenang diiringi sorak sorai dari tim pendukung Harimau Muda. Hampir sama dengan Kribo tadi, Rio terlihat gugup, cemas tendangannya tak berhasil menjebol gawang Ilham yang sedari tadi memasng wajah waspada di depan gawangnya. Mata Ilham tajam, setajam mata burung garuda. Tatapannya seakan membawa pesan bahwa bola secepat apapun, sekuat apapun, akan dapat dilihat dan ditangkapnya.
Setelah meletakkan bola di titik putih, Rio mengambil posisi menembak dari arah kanan. Salah-satu kebiasaan dari pemain sepakbola kidal. Wasit meniup peluit, dengan serta merta Rio melepaskan tendangan keras ke sisi kiri atas gawang. Ilham yang membaca tendangan itu dengan sigap melompat mengantisispasi bola. Lalu penonton bersorak penuh suka cita, mereka berteriak keras, meniup terompet dan memukul drum sejadi-jadinya. Ilham terpana sekali lagi di depan gawangnya, ia masih tak percaya bahwa baru saja, tepat beberapa detik yang lalu, ia berhasil menjaga gawangnya. Yah! Ia berhasil menepis tendangan cepat dan keras dari sang kapten tim Harimau Muda. Skor masih 2-1 untuk tim Garuda Muda.
Tendangan kedua untuk tim Garuda Muda, kali ini Ikal yang akan melakukan tendangan. Ia dingin, tampak wajahnya begitu tegang. Sebagai kapten ia harus mencetak gol. Membuat teman-temannya lebih percaya diri. Terlebih ia tak ingin seperti Rio. Seorang kapten yang gagal mencetak gol bagi rekan satu timnya.
Ikal bersiap depan di kotak pinalti dan menunggu aba-aba dari wasit untuk menendang. Ia mengusap jidatnya yang basah akibat keringat dengan sikunya. Wasit lalu meniup peluit. Ikal berlari kecil dengan indah menyinsing bola. Tampak celana putih miliknya melambai-lambai memperlihatkan otot-otot kakinya yang kekar. Dengan sentuhan keras punggung kaki kanan miliknya, Ikal melepaskan sebuah tendangan keras persis ke sudut kanan gawang. Menciptakan sebuah tendangan melambung yang cepat tak terjangkau oleh Heru: keeper tim Harimau Muda.“Gol!” Lagi-lagi tim Garuda Muda mencetak gol dan membuat skor menjadi 3-1 untuk keunggulan tim Garuda Muda.
Penembak kedua dari tim Harimau Muda adalah Difa. Ia maju dengan penuh percaya diri. Berbeda dengan penembak sebelumnya, ia amat tenang dan bersahaja. Wajahnya tampak yakin ia dapat menciptakan gol meski dalam keadaan mata tertutup sekalipun. Benar saja, setelah wasit meniup peluit Difa melakukan sebuah tendangan keras melengkung dan mendatar ke sisi kanan gawang. Ilham tak berhasil membaca tendangan itu. Ia malah melompat ke arah sebaliknya: kiri. Sebuah keputusan yang membuat gawangnya kebobolan. Skor menjadi 3-2.
Pinalti tetap dilanjutkan dan masing-masing tim terus mencetak angka. Penenmbak ketiga tim Garuda Muda-yaitu Irfan berhasil mencetak gol setelah berhasil memperdaya Heru dengan sebuah tendangan keras lurus ke arah kanan gawang. Di sisi lain Ihsan-gelandang serang tim Harimau Muda-sebagai penembak ketiga tim Harimau Muda juga berhasil menciptakan gol dengan cara yang sama yaitu tendangan keras ke kanan atas gawang. Skor sementara yaitu 4-3 dengan keunggulan tim Garuda Muda
Tendangan ke-empat adu pinalti akan dilakukan. Kali ini yang akan menendang adalah Yoga. Ia tampak sangat percaya diri. Melenggok pelan ke depan gawang dan meletakkan kulit bundar ke titik putih. Yoga mundur beberapa langkah sambil menatap ke arah gawang. Di sana-di gawang-Heru sang penjaga gawang Harimau Muda memandangnya dengan tajam. Tatapannya mengisyaratkan bahwa ia tak ingin lagi gawangnya kebobolan. “Akan kutangkap apapun yang tejadi!” begitulah makna tatapan Heru.
Peluit keras ditiup wasit, Yoga berlari melepaskan tendangan. Bola dengan cepat melayang ke pojok kiri atas gawang. Heru kemudian berlari, melompat dan menepis bola. Berhasil! Heru berhasil menepis bola. Namun, bola memantul dan membentur mistar bagian dalam gawang yang berakibat bola masuk ke dalam gawang.”Gol!” penonton riuh penuh euforia.
Adu pinalti pun dilanjutkan dengan tendangan ke-empat dari tim Harimau Muda. Tendangan yang akan menjadi salah satu penentu pertandingan ini. Karena jika penembak ke-empat dari tim Harimau Muda gagal menciptakan gol, maka pertandingan berakhir dengan skor 5-3 dengan kemenangan tim Garuda Muda. Sebaliknya jika penembak ke empat tim Harimau Muda berhasil mencetak angka, maka adu pinalti akan terus dilanjutkan hingga pemenang dapat ditentukan dari skor adu pinalti.
Wasit memberi isyarat bagi penendang ke-empat tim Harimau Muda untuk maju ke depan. Tampak Rival-bek kiri tim Harimau Muda-maju ke titik putih dengan penuh keyakinan. Bek kiri ini merupakan pemain andalan tim Harimau Muda. Rival terkenal gesit, lincah dan tangkas. Pemain dengan postur tubuh jangkung ini sangat ahli dalam duel udara. Rival merupakan pemain yang dikenal hebat dan sangat berbakat. Ia bagaikan Marcelo dalam FC Real Madrid atau Jordi Alba dalam FC Barcelona. Namun sayang, seperti beberapa orang berbakat lainnya. Rival merupakan orang yang sombong. Seringkali jika menang melawan tim lain, Rival mengejek mereka dengan sebutan “payah” atau “lemah”. Salah-satu kebiasan yang akan membuatnya merasa sakit terperih jika merasakan kekalahan.
Perlahan Rival mendekati titik putih kemudian meletakkan bola. Ia lalu melakukan langkah mundur untuk mengambil posisi menendang. Wajahnya terlihat sangat yakin. Ia menatap Ilham dengan sombong.
“Baiknya kau menyerah saja, kau tak mungkin menangkap tendanganku ini. Kau tahu kenapa? Karena kau itu lemah!” begitulah makna tatapan Rival. Namun Ilham tak gentar. Ia tetap berkonsentrasi pada bola.
Peluit ditiupkan, Rival menutup mata. Setelah membuka mata ia langsung berlari menyinsing bola lalu melepaskan tendangan mendatar cepat ke arah kanan gawang. Dengan sigap Ilham membaca tendangan itu dan melompat ke arah kiri gawang. Namun ia tak dapat menjangkau bola. Bola terlalu jauh dari jangkauan tangannya. “Bukk!” bola membentur tiang gawang sebelah kiri. Membuat bola terlempar ke depan gawang dan dengan sigap berhasil ditangkap Ilham.
Penonton kembali riuh tak karuan. Mereka berteriak sambil melompat seperti orang gila. Meniup terompet dan mengibar-ibarkan bendera merah putih. Sebagian dari mereka berlari memasuki lapangan. Menggotong para pemain tim Garuda Muda dan melempar-lemparkannya ke udara. Mereka berteriak, “Jayalah garuda, jayalah Indonesiaku!”. Sementara itu Ikal dan Kribo berlari-lari dan melepaskan baju mereka. Mereka merasa sangat senang. Akhirnya setelah latihan keras selama setahun, untuk pertama kalinya mereka merebut piala pertama Liga Kampung yang sangat bergengsi di kecamatan mereka.
Rival masih terpana di tengah riuhnya pesta kemenangan tim Garuda Muda. Ia masih tak percaya bahwa untuk pertama kalinya tendangan miliknya berhasil ditangkap. Sementara itu pemain tim Harimau Muda yang lainnya juga duduk mematung di pinggir lapangan. Mereka juga masih tak percaya. Gelar dua tahun berturut-turut juara Liga Kampung hari ini harus mereka tanggalkan. Lalu di tengah suasana senang dan juga haru itu, sedikit demi sedikit, tetes demi tetes air hujan mulai turun membasahi tanah. Membuat dingin suasana. Memberikan rasa sejuk setelah hingar-bingar yang terjadi dalam pertandingan itu.
Di tengah hujan yang mulai deras. Ilham kemudian mendekati Rival yang masih duduk mematung di tengah lapangan. Ilham berdiri tepat di depan Rival lalu menjulurkan tangannya sambil tersenyum.
“Ayolah teman, pertandingan yang seru. Tahun depan kuharap kita bisa bertanding lagi,” kata Ilham tersenyum. Rival membalas senyuman Ilham dengan senyum pula. Lalu setelahnya ia mengulurkan tangan dan berdiri dengan bantuan Ilham.
“Kau juga hebat kawan, mari bertanding di lain waktu” kata Rival.
Melihat momen itu, Kribo memberikan tepuk tangan kepada Ilham dan Rival. Tepuk tangan Kribo kemudian diikuti oleh Ikal, Difa dan Rio. Melihat para pemain memberikan tepuk tangan kepada Rival dan Ilham, para supporter pun ikut bertepuk tangan. Maka meriahlah lapangan itu dengan tepuk tangan dari ratusan orang yang ada di sana. Tepuk tangan yang meriah untuk Rival dan Ilham, kepada kedua tim yang bertanding dan yang paling penting, kepada sportifitas mereka dalam bermain sepakbola. Bravo sepakbola Indonesia!
Posting Komentar untuk "Kulit Bundar"